Penolakan terhadap pelimpahan kewenangan pengelolaan SMA/SMK dari pemerintah kota/kabupaten ke pemerintah provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) sesuai UU Nomor 23 tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah tak membuat pusing Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim. Bahkan, Dispendik Jatim telah menyiapkan sederet program untuk mengembangkan jenjang pendidikan menengah tersebut.
Kepala Dispendik Jatim Saiful Rachman menuturkan bahwa mulai tahun ini, pihaknya akan merintis sekolah rujukan untuk SMA/SMK. Sekolah rujukan itu merupakan model lembaga pendidikan yang unggul tidak hanya dalam hal prestasi akademik. Lebih luas dari itu, sekolah rujukan ini juga memiliki karakter yang kuat pada satu keunggulan non akademik tertentu. “Tahun ini akan dimulai untuk 17 SMA sebagai pilot project . Berikutnya, setiap sekolah wajib melakukan pengimbasan ke sekolah lain,” tutur Saiful saat dikonfirmasi, kemarin (17/3).
Di samping sekolah rujukan tingkat SMA, juga akan diikuti oleh enam SMK di Jatim. Sekolah rujukan ini, lanjut Saiful, merupakan kerja sama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Dispendik Jatim. Lembaga atau sekolah yang terpilih akan mendapat dukungan dana dari pusat dan pendampingan dari provinsi. Dengan demikian, pendirian sekolah rujukan ini benar-benar dapat berjalan efektif. “Pendidikan ini merupakan kepentingan konkuren. Jadi, kita harus bisa bersinergi mulai pusat, provinsi hingga daerah,” tutur Saiful.
Terkait pengelolaan sekolah menengah (SMA/SMK) di bawah pemerintah provinsi, Saiful menuturkan jika prinsip yang harus dipegang adalah kerja bareng. “Ini bukan soal sekolah milik siapa atau milik siapa? Kita sama-sama ingin menyiapkan SDM yang bagus dan ini perlu kolaborasi,” tegas mantan kepala Badan Diklat Jatim itu. Kabid Pendidikan Menengah Pertama dan Pendidikan Menengah Atas Dispendik Jatim Bambang Sudarto menambahkan bahwa ada 17 SMA rujukan yang dipilih sampai saat ini dan telah ditentukan nominasinya.
Beberapa disebutnya antara lain SMAN 5 Surabaya, SMAN 2 Blitar dan SMAN 10 Malang. Disebutkan dia, masing-masing sekolah tersebut memiliki karakter sendiri-sendiri untuk pengembangan non-akademik. “Secara akademik, sekolah yang ditunjuk sebagai rujukan mungkin sama dengan sekolah lain. Tapi, akademik saja tidak cukup. Sekolah itu harus memiliki karakter,” tutur dia.
Bambang mencontohkan di SMAN 5 Surabaya yang memiliki karakteristik yang unggul dalam hal literasi. Sedangkan di SMAN 2 Blitar punya karakteristik yang unggul di bidang lingkungan. Kemudian SMAN 10 Malang punya karakteristik unggul dalam membangun leadership melalui model boarding school . “Tentu saja, syarat utamanya punya akreditasi A dan http://harga.web.id/biaya-sekolah-di-global-islamic-school.info rata-rata memang eks-RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, Red),” tutur Bambang.
Tidak hanya sekolah rujukan, program lain yang juga akan dikembangkan Dispendik Jatim adalah sekolah cluster. Konsep ini diterapkan di sekolah agar memiliki kerja sama internasional. Ada tiga kerja sama internasional yang dijalani yakni dengan Jepang, Korea dan Tiongkok. “Saat ini yang sudah berjalan baru dengan Jepang. Dua sekolah yang ditunjuk adalah SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo dan SMAN 1 Pandaan,” tutur Bambang.
Sekolah cluster, lanjut dia, memiliki jalinan kerja sama dalam hal pengembangan bahasa dan akademik. Dalam hal ini, Dispendik Jatim menggandeng Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) hingga Konsulat Jenderal (Kon - jen) Jepang. “Kalau kita melihat Jepang unggul dari sisi sains, maka kita akan berusaha mengembangkan itu melalui kerja sama dengan Jepang,” tutur dia.
Tidak hanya itu, sekolah cluster akan menjadi tujuan pasti bagi siswa yang sejak awal ingin melanjutkan ke perguruan tinggi di luar negeri. “Jadi jelas, kebutuhan siswa apa, misalnya ingin dapat beasiswa ke Jepang, maka sekolah yang dituju langsung sekolah itu,” pungkas Bambang.
sumber; radar surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar