Surabaya – Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tahun 2016 ini akan mendatangkan 40 dosen asing kepada sebelas perguruan tinggi negeri (PTN) berbadan hukum (BH). Dikarenakan, kualitas dosen Indonesia dinilai jauh dibandingkan luarnegeri. Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Pendidikan Tinggi Kemenris tek - diktek, Prof Ali Ghufron Mukti memaparkan dosen asing diharapkan membawa perubahan yang signifikan didalam dunia pendidikan. Tahun 2016 ini ada 40 orang dosen asing, targetnya tahun depan 100 dosen,” terangnya saat Forum Komunikasi Majelis Wali Amanah Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (11 PTN BH) seIndonesia di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kamis (17).
Ke-40 dosen tersebut nantinya akan disalurkan sesuai kebutuhan PTN BH yang mengajukan, 11 PTN-BH yaitu Universita http://harga.web.id/info-biaya-pendidikan-program-sarjana-di-ipb.info s Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi 10 Nopember (ITS), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Hasanudin (Unhas), Universitas Padjajaran (Unpad). “Kalau insetif sesuai kualitas atau kemampuan masing-masing dosen. Tapi paling tidak antara Rp 50-100 juta untuk gajinya,” jelasnya.
Hal ini dilakukan demi mendongkrak peran universitas berubah pada tahun 2015-2019 bukan lagi agen penelitian saja, namun juga perubahan budaya yang bagus sebagai generasi yang tidak mudah menyerah, bekerja tuntas, cerdas dan ikhlas.
Ali mengakui memang jumlah dosen di Indonesia memang kurang bagus dibandingkan kampus luar negeri. Faktanya, banyak mahasiswa yang kuliah dan memilih PTN karena melihat PTN nya, bukan dari kualitas dosennya. Berbeda dengan mahasiswa asing yang lebih melihat kualitas dosen dan jurnal yang sudah dipublikasikan. “Diharapkan dengan adanya dosen asing bisa mendongkrak jurnal internasional. Pasalnya Indonesia menempati posisi keempat seASEAN dalam jurnal ilmiah,” cakapnya.
Selama ini ada beberapa kendala saat mengirim jurnal internasional di antaranya kendala dosen lebih senang dengan budaya lisan daripada tulisan, tidak bisa bahasa inggris dan mengirim jurnal internasional belum tersistem dengan baik. “Dengan adanya bantuan dosen diha rapkan benar-benar bisa men dongkrak jurnal ilmiah secara internasional,” pungkasnya.
sumber: radar surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar